BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagaimana
diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat dengan anak.
Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan
berprestasi. Bahkan menginginkan keksuksesan bagi anaknya. Berbagai cara dijalani
untuk memberikan yang terbaik bagi si buah hati. Seperti les privat,
menyekolahkan di tempat yang bagus, tambahan bimbingan belajar, bahkan
menempatkan anak pada sanggar-sanggar tertentu. Hanya untuk menginginkan si
anak mampu menjadi anak yang berbakat.
Setiap anak
dilahirkan mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya. Perlu disadari
bahwa setiap anak memiliki kecenderungan bakat tersendiri yang ia miliki.
Seorang anak dengan anak yang lain memiliki bakat yang berbeda
masing-masingnya. Seorang anak berhak mencoba semua bakat, sampai mereka
menemukan bakat yang benar-benar ia minati. Dengan memberikan anak kesempatan
tersebut, orang tua juga akan lebih cepat mengetahui bakat apa yang dimiliki
anaknya. Namun orang tua harus memiliki respon, pengawasan dan analisa tentang
kegiatan yang mengacu pada bakat si buah hati. Selektifitas orang tua sangat
dituntut bila mana bakat anak itu terlihat tidak baik. Bila anak telah
memperlihatkan bakat yang ia minati dan itu baik, orang tua perlu memberikan dukungan
untuknya. Karena bakat tidak akan berkembang jika tidak penguat.
Bakat anak awalnya
tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana anaknya. Dan hal itu
alangkah baiknya dilakukan saat anak masih kecil bahkan masih balita. Karena
akan dapat memberikan anak kebebasan dan mengisi hari-harinya. Yang pastinya
kegiatan yang dilakukannya itu membuat ia senang dan merasa berarti. Beberapa
anak dapat menunjukkan bakatnya di usia dini. Dan ada juga yang tidak, bahkan
ada anak yang memiliki bakat ketika ia telah dewasa. Misalnya anak A dari kecil
telah menunjukkan bakat ia bisa menari, maka dari kecil ia telah melihatkan
keaktifannya dalam mengolah gerakan tubuh. Seperti menari sendiri ketika
melihat cermin atau ketika mendengar musik. Sedangkan anak B dari kecil ia
belum bias menunjukkan bakat apa yang ia miliki. Namun ketika ia remaja dan
beranjak dewasa, barulah ia dapat memiliki bakat cerminan dari dirinya. Seperti
menjadi olahragawan, atlet dan lainnya. Apapun bakat yang dimiliki anak, orang
tua patut memberikan dukungan dan semangat kepada anak. Agar anak dapat lebih
cepat mencapai apa yang ia cita-citakan.
Selanjutnya dalam
hal mengenai mengetahui bakat anak dari dini. Mungkin tentunya tidak terlepas
dari peran dan dukungan orang tua beserta keluarga. Peran orang tua dalam
mengenali bakat anak yaitu mengenali, mengarahkan dan membimbing anak agar
bakatnya terus berkembang. Orang tua harus jeli dan sabar dalam mengenali bakat
anak. Hal itu tergantung pada tumbuh kembang anak. Orang tua dapat mengenali
bakat anak dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1.
Cepat Menguasai
Bakat dapat
ditunjukkan dengan cepatnya sang anak menguasai sesuatu. Misalnya anak menyukai
olahraga, maka ketika ia melihat gerakan olahraga itu ia dengan cepat bisa
menirukan beberapa gerakan. Walaupun tidak secara langsung bisa maksimal. Dan
begitu juga ketika diajarkan, ia lebih bisa dan menguasai beberapa gerakan dan
permainan. Ia akan memperlihatkan penguasaan yang terus membaik dari waktu ke
waktu.
2.
Menunjukkan Hasil Optimal
Ketika anak
tertarik pada suatu hal, ia akan sering melakukan hal tersebut. Itu adalah cara
ia berlatih dan sampai bias melakukannya. Sehingga dapat memperlihatkan kepada
orang tua bakat apa yang ia miliki dan ingin didukung orangtua.
3.
Tidak Cepat Bosan
Saat anak telah
menemukan hal yang ia senangi, maka ia akan terus melakukannya. Dan anak tidak
mudah bosan terhadap apa yang ia lakukan. Anak akan tetap semangat menjalani
sesuatu yang ia minati meskipun nantinya ada halangan yang dihadapi. Disaat
itulah peran sangat dibutuhkan untuk membangun semangat anak. Bila anak telah
mendapat dukungan dari orang terdekatnya, ia akan lebih leluasa untuk
mengembangkan bakatnya.
Tak hanya mengenali
ciri-ciri bakat anak, tapi orang tua perlu cara untuk mengembangkan bakat anak
dengan beberapa cara sebagai berikut :
1.
Berikan Perhatian
Memberikan
perhatian kepada anak untuk mengenali bakatnya dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Seperti memberikan sarana, prasaranan, menemani anak bermain, mendampingi
anak dalam kegiatannya, mengikutsertakan dalam acara ataupun lomba, dan
sebagainya. Sehingga anak merasa lebih diperhatikan dan termotivasi untuk
mendalami bakatnya. Sehingga bakatnya dapat berkembang dengan baik tanpa ada
hambatan.
2.
Amati Bakat dalam Keluarga
Kecenderungan
penurunan bakat pada anak sangat dapat terjadi. Ada sebagian anak yang
mempunyai bakat sama dengan bakat orang tuanya. Karena si anak senang menirukan
dan mendalami apa yang menjadi bakat orang tua. Sehingga bakat anak tidak jauh
beda dengan bakat orang tua. Dan hal itu sangat mudah sekali untuk membentuk
dan mengasah bakatnya.
3.
Komunikasi yang Baik
Dalam kehidupan
sangat perlu adanya komunikasi. Komunikasi baik dengan anak dapat membangun
kepercayaan anak dan juga ketenangan batinnya. Baiknya orang tua sering
berdialog dengan anak membahas tentang bakatnya. Bahas mengenai hal yang masih
perlu ditingkatkan, hal apa saja yang masih kurang. Hingga dapat diambil jalan
keluar permasalahannya. Anak pun menjadi lebih dekat dengan orang tuanya. Dan
orang tua pun semakin mengerti bagaimana anaknya.
4.
Komitmen dan Konsisten
Untuk menguatkan
bakat perlu kesungguhan hati untuk melakukannya. Dan juga perlu komitmen untuk
menjalaninya. Untuk mewujudkan kesuksesan atas bakat tersebut memang butuh
waktu dan latihan. Jika ingin sukses berkomitmenlah dengan konsisten.
Dengan adanya
beberapa cara mengembangkan bakat anak tersebut, orang tua dapat lebih mengerti
dan memahami anak serta bakat emas yang dimiliki si buah hati.
Maka dari itu pada
makala ini kami gali lebih dalam bagaimana kaitan antara dukungan orang tua
terhadap bakat anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Keluarga
Pengertian
keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
(Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang
terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa
Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara
bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya.
Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh
sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya
secara keseluruhan.
Terdapat beberapa definisi keluarga
dari beberapa sumber, yaitu:
- Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
- Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
- Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).
Keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih.
Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih
mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
a)
Keluarga batih berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi
anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
b)
Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi
kebutuhan anggotanya.
c)
Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
d)
Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi
awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga pada
dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang
tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan
pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac
Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
1) Keluarga
merupakan hubungan perkawinan.
2)
Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja
dibentuk dan dipelihara.
3)
Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4)
Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5)
Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok
keluarga.
Bentuk
Keluarga Keluarga dibagi
menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan,
pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
Berdasarkan Garis Keturunan
- Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
- Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Berdasarkan Jenis Perkawinan
- Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
- Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.
Berdasarkan Pemukiman
- Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami.
- Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri
- Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
- Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
- Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
- Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
- Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
- Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
- Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Berdasarkan Kekuasaan
- Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
- Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
- Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
2.
Fungsi Sosialisasi Keluarga
Sosialisasi
merupakan proses awal dimana kepribadian anak ditentukan lewat interaksi
sosial. Agen utama dalam hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari
anak hampir hanya dengan anggota-anggota kelompok ini. Tiap-tiap masyarakat
seharusnya mengajarkan si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab,
dan yang paling utama adalah melalui keluarga. disini anak belajar menerima
norma-norma sosial, sikap-sikap, nilai-nilai serta pola tingkah lakunya menjadi
dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks,
kenyakinan agama, sopan santun dan peletakan berbagai elemen-elemen kebudayaan
juga ditangani lewat keluarga (Talcot Parson dalam Khairuddin, 1985: 126).
Fungsi
sosialisasi keluarga menurut BKKBN ada delapan fungsi yaitu :
a) Fungsi agama
Sebagai sarana
awal memperkenalkan nilai-nilai religius kepada anggota keluarga baru. Dalam
proses sosialisasi ini, interaksi antar anggota keluarga berlangsung secara
intens.
b) Fungsi sosial budaya
Fungsi ini
ditanamkan bertujuan untuk memberikan identitas social kepada keluarga itu,
termasuk anggota keluarga baru. Budaya diwariskan awalnya dalam institusi ini.
c) Fungsi cinta kasih
Dalam keluarga
idealnya terdapat “kehangatan”.
d) Fungsi perlindungan
Sifat dasar dari
setiap individu adalah bertahan terhadap segala gangguan dan ancaman. Dalam hal
ini keluarga berperan sebagai benteng terhadap seluruh anggota keluarga dari
gangguan fisik maupun psikis.
e) Fungsi reproduksi
Keberlangsungan
keluarga dilanjutkan melalui proses regenerative, dalam hal ini keluarga
adalah wadah yang sah dalam melanjutkan proses regenerasi itu.
f) Fungsi pendidikan
Sebagai wadah
sosialisasi primer, keluargalah yang mendidik dan lahan institusi lain
(sekolah) akan mengambil peranan sebagai wadah sosialisasi sekunder.
g) Fungsi ekonomi
Kesejahteraan
keluarga akan tercapai dengan berfungsinya dengan baik fungsi ekonomi ini.
Keluargalah yang memenuhi kebutuhankebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.
h) Fungsi lingkungan
Fungsi ini erat
kaitannya dengan hubungan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang harmonis
merupakan kondisi apabila dimana dalam fungsinya setiap keluarga bisa
meyakinkan anggota keluarganya untuk bisa menjaga dan melihat lingkungan
sekitarnyan dengan baik.
3.
Pengertian Dukungan Orang Tua
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 332)
adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Hasbullah, orang tua
adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup dan pendidikan anaknya (2001 : 39). Jadi menurut sumber di atas, dukungan
orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya.
Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung
terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan
pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut
serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan
formal di sekolah.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga
akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan
kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah
yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti
pendidikan selanjutnya disekolah.
4. Bentuk-bentuk Dukungan Orang Tua.
Mengingat tanggung jawab pendidikan anak ditanggung oleh
keluarga dalam pendidikan informalnya dan ditanggung oleh sekolah dalam
pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan
nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan
kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya,
yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala
usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara
anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak
dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi
dan membimbing anak dalam belajar.
Pada dasarnya dukungan orang tua
terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu 1) dukungan sosial
ekonomi, 2) mental/ agama, 3) moral, dan 4) pendidikan.
1) Dukungan Sosial Ekonomi
Dukungan sosial ekonomi
ini berupa pemenuhan kebutuhan fisik yaitu
biaya pendidikan, fasilitas belajar, alat
dan buku keperluan belajar. Untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut
tentunya berkaitan dengan status sosial ekonomi
keluarga atau pendapatan di dalam keluarga
itu sendiri.
Sebagaimana di kemukakan oleh
Soekirno (2002: 37), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat yang kedudukannya
sebagai tenaga kerja akan menerima gaji atau upah, pemilik alat-alat modal akan
menerima bunga, pemilik tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik
keahlian usahawan akan menerima keuntungan. Jadi yang mencakup pendapatan ekonomi disini adalah segala penghasilan baik yang berupa
uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
Keluarga yang memiliki
pendapatan tinggi akan dengan mudah memenuhi biaya
kebutuhan pendidikan anak yang meliputi peralatan sekolah, transportasi, sarana
belajar dirumah, baju seragam, biaya ekstra kurikuler, dan
tidak terkecuali uang saku anak. Dan
sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan anak.
Dengan demikian, siswa
yang orang tuanya memiliki pendapatan tinggi, semua
kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas belajar akan segera terpenuhi,
sehingga dengan pemenuhan kebutuhan belajar tersebut dapat menunjang
tercapainya prestasi belajar yang baik yang merupakan harapan atau cita-cita
akhir dari aktivitas belajar. Dan sebaliknya jika dalam suatu
keluarga yang status ekonominya rendah akan
merasa keberatan dalam memenuhi kebutuhan belajar anaknya secara
penuh, sehingga kondisi yang seperti ini akan berdampak pada perolehan prestasi
belajar yang rendah.
2) Dukungan Mental/ Agama
Seorang anak yang dirumah, pasti
akan mempengaruhi sikap kesiswaannya di sekolah. Anak saleh tidak dilahirkan,
tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan. Ilyas (1999: 176), Rasulullah Saw.
mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya
yang berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa Rasul) Yahudi, Nashrani,
atau Majusi.
Apabila potensi/ fitrah anak ini
tidak dibina, tentunya potensi tersebut akan berkembang kearah yang
bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya. Setiap orang tua mempunyai
kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak
tersebut hingga tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang baik.
3) Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua
terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan,
dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan perhatian orang tua
berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat memberikan semangat
belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi
di masyarakat tidak semua orang tua atau keluarga dapat memenuhi
kebutuhan psikis tersebut karena adanya berbagai
macam susunan atau karakter dalam sebuah keluarga. Adapun
mengenai susunan keluarga tersebut, Probbins membagikan menjadi tiga macam
yaitu:
-
Keluarga
yang Bersifat Otoriter.
Disini perkembangan anak itu
semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter suka
meyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu didalam
semua tindakan serta lambat berinisiatif.
-
Keluarga
Demokrasi.
Disini sikap pribadi anak lebih
dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasai diri, mau
menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif di
dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
- Keluarga Liberal.
Disini anak bebas
bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga
ini biasanya bersifat agresif, tak dapat
bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang
stabil serta mempunyai sifat selalu curiga (Ahmadi (1991:112).
Dari Uraian diatas, pendidikan moral
yang ditanamkan kepada anak, hasilnya adalah sesuai dengan dimana anak itu
dibesarkan. Apakah dia dibesarkan dalam keluarga yang bersifat otoriter,
demokratis, ataupun bersifat liberal. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga
akan berdampak pada sifat atau tingkah laku anak di masing-masing keluarga. Hal
ini merupakan hasil pola asuh dari perhatian yang telah ditunjukkan kepada
anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.
4) Dukungan Pendidikan
Pendidikan yang akan melahirkan anak
kompeten adalah pendidikan yanag seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan
seluruh aspek yang ada pada diri manusia berupa hati, akal, dan fisik.
Pendidikan yang mengutamakan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan
menghasilkan manusia hayawani (bersifat seperti hewan), bila hanya mengutamakan
pikiran saja menghasilkan manusia syaithani (bersifat seperti syetan),
sedangkan bila mengutamakan hati semata tentu tidak realistik, karena manusia
tidak bisa menjadi Malaikat (Ilyas, 1999:177).
Dari pendapat di atas, maka dukungan
orang tua dalam pendidikan adalah kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan
membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua
tentunya dengan bekal teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan
zaman. Bila hal ini dilakukan oleh setiap orang tua maka generasi mendatang
akan mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Adapun tanggung jawab pendidikan
yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain
sebagai berikut:
-
Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami
untuk dilaksanakan agar anak hidup secara berkelanjutan.
-
Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari
berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang membahayakan dirinya.
-
Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi
hidupnya.
-
Membahagiakan anak untuk hidup
di dunia dan akhirat dengan
memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan
akhir hidup muslim ( Ihsan, 1996 : 64 ).
Setelah tanggung
jawab orang tua terhadap anaknya terwujud,
tentunya peran orang tua tersebut mempunyai fungsi atau kegunaan
tersendiri yang kiranya dapat bermanfaat bagi anaknya tersebut dalam
kehidupannya dimasyarakat. Menurut Hasbullah (2001: 33) fungsi pandidikan yang
ada dalam suatu keluarga tersebut meliputi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
5.Pengertian
Bakat
Bakat (aptitude)
adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang
lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan
tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan,
pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Definisi bakat mengandung 2 unsur penting: bawaan dan
latihan. Bakat bawaan adalah anugerah dari Tuhan. Namun bakat juga dapat
diartikan sesuatu yang dilatih. Renzulli (1981), mengungkapkan bahwa bakat
merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan
keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab.
Kecerdasan, beserta aspek-aspeknya dapat diukur dengan
peranti atau tes psikologi, termasuk kemampuan intelektual umum dan taraf
inteligensi. Aspek-aspek kemampuan intelektual, antara lain mencakup logika
abstrak, kemampuan verbal, pengertian sosial, kemampuan numerik, kemampuan
dasar teknik dan daya ingat/ memori.
Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari
ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun
ciri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen
menyelesaikan tugas.
Tanggung jawab, merupakan pembuktian atau tindakan nyata
dari kecerdasan dan kreativitas seseorang terkait dengan pemberdayaan dirinya
serta kontribusi bagi kehidupan sosial dan kemanusiaan.
Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil
dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu, demikian menurut Tedjasaputra,
MS (2003). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni
kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin
dilakukan. Gardner (1993) mengganti istilah bakat dengan “kecerdasan” saat
mengusung teori kecerdasan jamak atau multiple intelligence yang
cukup banyak dipakai.
Pendekatan lain mengatakan bakat adalah kondisi seseorang
yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkannya mencapai kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan
dan pengaruh lingkungan. Jadi apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat
khusus, jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan
dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan
dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak berguna.
6. Jenis-Jenis Bakat
1.Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi
dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2.Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi
khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin,
penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain,
yaitu :
1. Bakat Verbal
Bakat tentang
konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata.
2. Bakat
Numerikal
Bakat tentang
konsep – konsep dalam bentuk angka.
3. Bakat
Skolastik
Kombinasi kata
– kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir
dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual
atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan
kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein,
dsb.)
4. Bakat Abstrak
Bakat yang
bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran –
ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya.
5. Bakat
mekanik
Bakat tentang
prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat – alat lainnya.
6. Bakat Relasi
Ruang (spasial)
Bakat untuk
mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi.
Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan
sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas,
serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini
merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur
mesin. (Thomas Edison, Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.)
7. Bakat
kecepatan ketelitian klerikal
Bakat tentang
tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
8. Bakat bahasa
(linguistik)
Bakat tentang
penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik,
stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lainnya.
7. Faktor-Faktor
Yang Mendukung Pengembangan Bakat dan Minat
Sekali lagi ditegaskan bahwa setiap
anak yang lahir ke dunia ini pasti membawa potensi bakatnya masing-masing.
Hanya saja, bakat yang dimiliki anak sering tidak muncul dan berkembang tanpa
ada rangsangan dari lingkungan. Penyebab paling umum tidak berkembangnya bakat
yang dimiliki anak adalah ketidakpekaan orangtua terhadap bakat buah hatinya,
lingkungan yang tidak minim menyediakan fasilitas penunjang, dan lemahnya
lemahnya atau kurangnya pendidikan dan pelatihan.
Selain penyebab di atas, faktor lain
yang menyebabkan bakat anak tetap terpendam adalah yang berasal dari diri anak
sendiri, di antaranya yaitu:
1. Faktor
Intern
a. Faktor
Bawaan (Genetik)
Faktor ini
merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam minat dan bakat
sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak
dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki individu sebagai
pewarisan dari orang tuanya. Faktor hereditas sebagai faktor pertama munculnya
bakat (Yusuf ; 2004 ; 31). Dari segi biologi, bakat sangat berhubungan dengan
fungsi otak. Bila otak kiri dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual,
sequensial, teratur rapi, dan logis. Sedangkan otak kanan berhubungan dengan
masalah spasial, non verbal, estetik dan artistic serta atletis.
b. Faktor
kepribadian
Faktor
kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak
tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan membantu anak
dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan minat
dan bakatnya (Asror ; 1999 ; 93).
c.Interest atau minat
Suatu bakat tidak akan berkembang
dengan baik apabila anak yang bersangkutan tidak memiliki inters atau minat
terhadap bakatnya. Misalnya saja, anak dengan bakat matematika, bakatnya tidak
akan berkembang tanpa adanya ketertarikan atau minat sang anak terhadap
hitung-hitungan. Anak dengan bakat musik tidak akan berkembang tanpa ia
memiliki ketertarikan terhadap irama dan nada.
Apabila hal ini terjadi, maka
orangtua perlu memberikan dorongan yang lebih pada anak agar bakat anak bisa
terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau
dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa
saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama
ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.
d. Motivasi
Selain minat, bakat juga dipengaruhi
oleh motivasi. Bakat anak kurang berkembang atau tidak menonjol apabila ia
tidak memiliki motivasi atau dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk mengembangkan
bakatnya tersebut.
Motivasi berhubungan dengan kuatnya
daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Jika kurang motivasi
untuk menjadi olahragawan, maka seorang anak dengan bakat sepakbola, menghadapi
rintangan kecil saja dalam belajar sepakbola akan menghilangkan semangatnya
berlatih.
e. Value atau penilaian
e. Value atau penilaian
Value adalah bagaimana seorang anak
memberi arti atau penilaian terhadap bidang bakat yang dimilikinya. Meskipun
anak mengetahui bahwa ia memiliki suatu bakat di bidang tertentu, jika ia
menganggap bakat tersebut kurang bernilai atau bahkan negatif dalam
pandangannya, maka hal ini juga akan menghambat perkembangan bakatnya. Misalnya
bakat anak dalam olahraga catur, jika anak memberi nilai negatif pada bakat ini
atau menganggap bahwa menjadi atlet catur tidak begitu membanggakan, kurang
terkenal dibanding bakat menyanyi, dan penilaian negatif lainnya maka bakat
anak di bidang catur tersebut akan tetap terpendam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa meskipun
bakat adalah suatu berkah yang dibawa seseorang dari lahir, bakat tersebut
tidak memberi manfaat besar baginya selama anak yang bersangkutan tidak
menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini diperlukan bimbingan, dan dorongan
atau dukungan dari lingkungan, baik orangtua secara khusus dan masyarakat pada
umumnya.
2. Faktor
Ekstern
a. Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal untuk mendukung pengembangan
minat dan bakat anak. Faktor
lingkungan terbagi atas :
- Lingkungan
keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat
latihan atau belajar dan tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga
merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak. (Sutiono ; 1998 ;
171).
- Lingkungan
sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi
proses belajar mengajar kondusif yang bersifat formal.Lingkungan ini
sangat berpengaruh bagi pengembangan minat dan bakat karena di lingkungan ini
minat dan bakat anak dikembangkan secara intensif.
- Lingkungan
sosial
Suatu
lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan ini anak
akan mengaktualisasikan minat dan bakatnya kepada masyarakat.
8. Cara Mengembangkan Bakat dan Minat
1.
Perlu Keberanian
Keberanian membuat kita mampu
menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun
kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita
melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan
sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung
jawab.
2.
Perlu didukung Latihan
Latihan adalah
kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi kuantitasnya
tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan
secara fisik.
3.
Perlu didukung Lingkungan
Lingkungan disini tentu dalam arti
yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial
lainnya., yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat. Dan
tersesar yakni dukungan dari orang tua.
4.
Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya.
Disini sekali
lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kita
kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian mulai kita memikirkan jalan
keluarnya.
BAB
III
KESIMPULAN
Keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan,
1986).Keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah.
Sosialisasi
dalam keluarga merupakan proses awal dimana bakat anak ditentukan lewat
interaksi sosial. Agen utama dalam hubungan ini adalah orang tua karena bakat
anak awalnya tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana
anaknya.
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1989: 332) adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut
Hasbullah, orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (2001 : 39). Jadi menurut
sumber di atas, dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua
sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan
anaknya. Dan dalam hal ini juga termasuk pada pengembangan bakat yang dimiliki
anak.
Pada dasarnya dukungan orang tua
terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu dukungan sosial
ekonomi, mental/ agama, moral, dan pendidikan.
Bakat
(aptitude) adalah kemampuan bawaan pada setiap individu yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain
musik, melukis, dan lain-lain.
Sedangkan jenis-Jenis Bakat yaitu
1.Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi
dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2.Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi
khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin,
penceramah, olahraga.
Selain itu
bakat khusus yang lain, yaitu : bakat verbal, bakat numerikal, bakat skolastik, bakat abstrak, bakat mekanik, bakat relasi ruang (spasial), bakat kecepatan
ketelitian klerikal,
bakat bahasa
(linguistik)
Setiap anak yang lahir ke dunia ini
pasti membawa potensi bakatnya masing-masing. Hanya saja, bakat yang dimiliki
anak sering tidak muncul dan berkembang tanpa ada rangsangan dari lingkungan.
Penyebab paling umum tidak berkembangnya bakat yang dimiliki anak adalah
ketidakpekaan orangtua terhadap bakat buah hatinya, lingkungan yang tidak minim
menyediakan fasilitas penunjang, dan lemahnya lemahnya atau kurangnya
pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu dalam pengembangan
bakat terdapat beberapa faktor yakni :
1. Faktor
Intern : Faktor Bawaan
(Genetik) dan Faktor
kepribadian
2. Faktor Ekstern: Faktor lingkungan yakni lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan sosial
Sebagaimana
diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat dengan anak.
Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan
berprestasi. Setiap anak dilahirkan mempunyai karakter yang berbeda satu sama
lainnya. Perlu disadari bahwa setiap anak memiliki kecenderungan bakat
tersendiri yang ia miliki. Seorang anak dengan anak yang lain memiliki bakat
yang berbeda masing-masingnya. Seorang anak berhak mencoba semua bakat, sampai
mereka menemukan bakat yang benar-benar ia minati. Dengan memberikan anak
kesempatan tersebut, orang tua juga akan lebih cepat mengetahui bakat apa yang
dimiliki anaknya. Namun orang tua harus memiliki respon, pengawasan dan analisa
tentang kegiatan yang mengacu pada bakat si buah hati. Selektifitas orang tua
sangat dituntut bila mana bakat anak itu terlihat tidak baik. Bila anak telah
memperlihatkan bakat yang ia minati dan itu baik, orang tua perlu memberikan
dukungan untuknya. Karena bakat tidak akan berkembang jika tidak penguat.
Bakat adalah suatu berkah yang
dibawa seseorang dari lahir, bakat tersebut tidak memberi manfaat besar baginya
selama anak yang bersangkutan tidak menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini
diperlukan bimbingan, dan dorongan atau dukungan dari lingkungan, baik orangtua
secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Bakat
anak awalnya tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana
anaknya. Dan hal itu alangkah baiknya dilakukan saat anak masih kecil bahkan
masih balita. Karena akan dapat memberikan anak kebebasan dan mengisi
hari-harinya. Yang pastinya kegiatan yang dilakukannya itu membuat ia senang
dan merasa berarti. Beberapa anak dapat menunjukkan bakatnya di usia dini. Oleh
karena itu peran orang tua serta dukungannya sangat berkaiatan terhadap pengembangan
bakat anak.
BAB
VI
SARAN
DAN PENUTUP
Dari pemaparan diatas kami dapat
menyarankan sebagai berikut :
Peran orang tua merupakan hal tidak
boleh dikesampingkan karena berpengaruh besar terhadap pengembangan bakat pada
anak.
Orang tua hendaknya lebih sensitif
dalam melihat tingkah laku anak sehingga dapat mendekteksi sejak dini bakat
yang dimiliki anka sehingga lebih cepat dapat dikembangkan sesuai dengan usianya.
Dalam penentuan bakat anak, orang
tua diharapkan tidak menentukan bakat yang harus didalami anak sesuai dengan
keinginan orang tua melainkan orang tua hanya mendukung dan memfasilitasi agar
pengembangan bakat pada anak lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006.Warna-Warni
Kecerdasn Anak dan Pendampingannya.Yogyakarta : Kanisius.
Akbar, Reni dan Hawadi. 2010. Menguatkan Bakat Anak. Jakarta : PT Grasindo.
Saleh, Darwin Zahedi. 2011. Terbanglah ke Angkasa Anakku.Jakarta : Gramedia.
Pragolo, Heru dan Herdina Leylasari.
2011. Perkembangan Peserta Didik.
Surabaya: Zhaf Production
Semiawan, C dan Munandar, A.S. 1984.
Memupuk Bakat dan Kreativitas siswa
sekolah menengah. Jakarta : PT Gramedia
Rahayu,
Minarti. 2013. Diakses pada tanggal 3 Januari 2014 http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-bakat-dan-minat.html