Rabu, 28 Mei 2014

PERAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK



BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat dengan anak. Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan berprestasi. Bahkan menginginkan keksuksesan bagi anaknya. Berbagai cara dijalani untuk memberikan yang terbaik bagi si buah hati. Seperti les privat, menyekolahkan di tempat yang bagus, tambahan bimbingan belajar, bahkan menempatkan anak pada sanggar-sanggar tertentu. Hanya untuk menginginkan si anak mampu menjadi anak yang berbakat.
Setiap anak dilahirkan mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya. Perlu disadari bahwa setiap anak memiliki kecenderungan bakat tersendiri yang ia miliki. Seorang anak dengan anak yang lain memiliki bakat yang berbeda masing-masingnya. Seorang anak berhak mencoba semua bakat, sampai mereka menemukan bakat yang benar-benar ia minati. Dengan memberikan anak kesempatan tersebut, orang tua juga akan lebih cepat mengetahui bakat apa yang dimiliki anaknya. Namun orang tua harus memiliki respon, pengawasan dan analisa tentang kegiatan yang mengacu pada bakat si buah hati. Selektifitas orang tua sangat dituntut bila mana bakat anak itu terlihat tidak baik. Bila anak telah memperlihatkan bakat yang ia minati dan itu baik, orang tua perlu memberikan dukungan untuknya. Karena bakat tidak akan berkembang jika tidak penguat.
Bakat anak awalnya tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana anaknya. Dan hal itu alangkah baiknya dilakukan saat anak masih kecil bahkan masih balita. Karena akan dapat memberikan anak kebebasan dan mengisi hari-harinya. Yang pastinya kegiatan yang dilakukannya itu membuat ia senang dan merasa berarti. Beberapa anak dapat menunjukkan bakatnya di usia dini. Dan ada juga yang tidak, bahkan ada anak yang memiliki bakat ketika ia telah dewasa. Misalnya anak A dari kecil telah menunjukkan bakat ia bisa menari, maka dari kecil ia telah melihatkan keaktifannya dalam mengolah gerakan tubuh. Seperti menari sendiri ketika melihat cermin atau ketika mendengar musik. Sedangkan anak B dari kecil ia belum bias menunjukkan bakat apa yang ia miliki. Namun ketika ia remaja dan beranjak dewasa, barulah ia dapat memiliki bakat cerminan dari dirinya. Seperti menjadi olahragawan, atlet dan lainnya. Apapun bakat yang dimiliki anak, orang tua patut memberikan dukungan dan semangat kepada anak. Agar anak dapat lebih cepat mencapai apa yang ia cita-citakan.
Selanjutnya dalam hal mengenai mengetahui bakat anak dari dini. Mungkin tentunya tidak terlepas dari peran dan dukungan orang tua beserta keluarga. Peran orang tua dalam mengenali bakat anak yaitu mengenali, mengarahkan dan membimbing anak agar bakatnya terus berkembang. Orang tua harus jeli dan sabar dalam mengenali bakat anak. Hal itu tergantung pada tumbuh kembang anak. Orang tua dapat mengenali bakat anak dengan beberapa ciri-ciri berikut:
1.      Cepat Menguasai
Bakat dapat ditunjukkan dengan cepatnya sang anak menguasai sesuatu. Misalnya anak menyukai olahraga, maka ketika ia melihat gerakan olahraga itu ia dengan cepat bisa menirukan beberapa gerakan. Walaupun tidak secara langsung bisa maksimal. Dan begitu juga ketika diajarkan, ia lebih bisa dan menguasai beberapa gerakan dan permainan. Ia akan memperlihatkan penguasaan yang terus membaik dari waktu ke waktu.
2.      Menunjukkan Hasil Optimal
Ketika anak tertarik pada suatu hal, ia akan sering melakukan hal tersebut. Itu adalah cara ia berlatih dan sampai bias melakukannya. Sehingga dapat memperlihatkan kepada orang tua bakat apa yang ia miliki dan ingin didukung orangtua.
3.      Tidak Cepat Bosan
Saat anak telah menemukan hal yang ia senangi, maka ia akan terus melakukannya. Dan anak tidak mudah bosan terhadap apa yang ia lakukan. Anak akan tetap semangat menjalani sesuatu yang ia minati meskipun nantinya ada halangan yang dihadapi. Disaat itulah peran sangat dibutuhkan untuk membangun semangat anak. Bila anak telah mendapat dukungan dari orang terdekatnya, ia akan lebih leluasa untuk mengembangkan bakatnya.
Tak hanya mengenali ciri-ciri bakat anak, tapi orang tua perlu cara untuk mengembangkan bakat anak dengan beberapa cara sebagai berikut :
1.      Berikan Perhatian
Memberikan perhatian kepada anak untuk mengenali bakatnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti memberikan sarana, prasaranan, menemani anak bermain, mendampingi anak dalam kegiatannya, mengikutsertakan dalam acara ataupun lomba, dan sebagainya. Sehingga anak merasa lebih diperhatikan dan termotivasi untuk mendalami bakatnya. Sehingga bakatnya dapat berkembang dengan baik tanpa ada hambatan.
2.      Amati Bakat dalam Keluarga
Kecenderungan penurunan bakat pada anak sangat dapat terjadi. Ada sebagian anak yang mempunyai bakat sama dengan bakat orang tuanya. Karena si anak senang menirukan dan mendalami apa yang menjadi bakat orang tua. Sehingga bakat anak tidak jauh beda dengan bakat orang tua. Dan hal itu sangat mudah sekali untuk membentuk dan mengasah bakatnya.
3.      Komunikasi yang Baik
Dalam kehidupan sangat perlu adanya komunikasi. Komunikasi baik dengan anak dapat membangun kepercayaan anak dan juga ketenangan batinnya. Baiknya orang tua sering berdialog dengan anak membahas tentang bakatnya. Bahas mengenai hal yang masih perlu ditingkatkan, hal apa saja yang masih kurang. Hingga dapat diambil jalan keluar permasalahannya. Anak pun menjadi lebih dekat dengan orang tuanya. Dan orang tua pun semakin mengerti bagaimana anaknya.
4.      Komitmen dan Konsisten
Untuk menguatkan bakat perlu kesungguhan hati untuk melakukannya. Dan juga perlu komitmen untuk menjalaninya. Untuk mewujudkan kesuksesan atas bakat tersebut memang butuh waktu dan latihan. Jika ingin sukses berkomitmenlah dengan konsisten.
Dengan adanya beberapa cara mengembangkan bakat anak tersebut, orang tua dapat lebih mengerti dan memahami anak serta bakat emas yang dimiliki si buah hati.
Maka dari itu pada makala ini kami gali lebih dalam bagaimana kaitan antara dukungan orang tua terhadap bakat anak.
 
 BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Abu&Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara keseluruhan.
Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:
  1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
  2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
  3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988). 
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah disebut keluarga batih. Sebagai unit pergaulan terkecil yang hidup dalam masyarakat, keluarga batih mempunyai peranan-peranan tertentu, yaitu (Soerjono, 2004: 23):
a) Keluarga batih berperan sebagi pelindung bagi pribadi-pribadi yang menjadi anggota, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut.
b) Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara materil memenuhi kebutuhan anggotanya.
c) Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup.
d) Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu:
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2) Susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
3) Suatu sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
4) Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5) Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok keluarga.
Bentuk Keluarga Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
Berdasarkan Garis Keturunan 
  1. Patrilinear adalah keturunan  sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
  2. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Berdasarkan Jenis Perkawinan
  1. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
  2. Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.
Berdasarkan Pemukiman
  1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami.
  2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri
  3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
  1. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
  2. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
  3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
  4. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
  5. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
  6. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Berdasarkan Kekuasaan
  1. Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
  2. Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
  3. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
2. Fungsi Sosialisasi Keluarga
Sosialisasi merupakan proses awal dimana kepribadian anak ditentukan lewat interaksi sosial. Agen utama dalam hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari anak hampir hanya dengan anggota-anggota kelompok ini. Tiap-tiap masyarakat seharusnya mengajarkan si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab, dan yang paling utama adalah melalui keluarga. disini anak belajar menerima norma-norma sosial, sikap-sikap, nilai-nilai serta pola tingkah lakunya menjadi dapat diperkirakan oleh anggota masyarakat lainnya. Bahasa, pola-pola seks, kenyakinan agama, sopan santun dan peletakan berbagai elemen-elemen kebudayaan juga ditangani lewat keluarga (Talcot Parson dalam Khairuddin, 1985: 126).
Fungsi sosialisasi keluarga menurut BKKBN ada delapan fungsi yaitu :
a) Fungsi agama
Sebagai sarana awal memperkenalkan nilai-nilai religius kepada anggota keluarga baru. Dalam proses sosialisasi ini, interaksi antar anggota keluarga berlangsung secara intens.
b) Fungsi sosial budaya
Fungsi ini ditanamkan bertujuan untuk memberikan identitas social kepada keluarga itu, termasuk anggota keluarga baru. Budaya diwariskan awalnya dalam institusi ini.
c) Fungsi cinta kasih
Dalam keluarga idealnya terdapat “kehangatan”.
d) Fungsi perlindungan
Sifat dasar dari setiap individu adalah bertahan terhadap segala gangguan dan ancaman. Dalam hal ini keluarga berperan sebagai benteng terhadap seluruh anggota keluarga dari gangguan fisik maupun psikis.
e) Fungsi reproduksi
Keberlangsungan keluarga dilanjutkan melalui proses regenerative, dalam hal ini keluarga adalah wadah yang sah dalam melanjutkan proses regenerasi itu.
f) Fungsi pendidikan
Sebagai wadah sosialisasi primer, keluargalah yang mendidik dan lahan institusi lain (sekolah) akan mengambil peranan sebagai wadah sosialisasi sekunder.
g) Fungsi ekonomi
Kesejahteraan keluarga akan tercapai dengan berfungsinya dengan baik fungsi ekonomi ini. Keluargalah yang memenuhi kebutuhankebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.
h) Fungsi lingkungan
Fungsi ini erat kaitannya dengan hubungan dengan lingkungan sekitar. Lingkungan yang harmonis merupakan kondisi apabila dimana dalam fungsinya setiap keluarga bisa meyakinkan anggota keluarganya untuk bisa menjaga dan melihat lingkungan sekitarnyan dengan baik.
3. Pengertian Dukungan Orang Tua
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 332) adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Hasbullah, orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (2001 : 39). Jadi menurut sumber di atas, dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya.
Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.
4. Bentuk-bentuk Dukungan Orang Tua.
Mengingat tanggung jawab pendidikan anak ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan  mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Pada dasarnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu 1) dukungan sosial ekonomi, 2) mental/ agama, 3) moral, dan 4) pendidikan.
1)   Dukungan Sosial Ekonomi
Dukungan  sosial ekonomi  ini  berupa  pemenuhan kebutuhan  fisik  yaitu  biaya  pendidikan,  fasilitas  belajar,  alat  dan  buku keperluan belajar. Untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut tentunya berkaitan dengan status  sosial  ekonomi  keluarga  atau  pendapatan  di  dalam  keluarga  itu sendiri.
Sebagaimana di kemukakan oleh Soekirno (2002: 37), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat yang kedudukannya sebagai tenaga kerja akan menerima gaji atau upah, pemilik alat-alat modal akan menerima bunga, pemilik tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian usahawan akan menerima keuntungan. Jadi yang mencakup pendapatan ekonomi disini adalah segala penghasilan baik yang berupa uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
Keluarga  yang  memiliki  pendapatan  tinggi  akan  dengan  mudah memenuhi biaya kebutuhan pendidikan anak yang meliputi peralatan sekolah, transportasi, sarana belajar dirumah, baju seragam, biaya ekstra  kurikuler,  dan  tidak  terkecuali  uang  saku  anak.  Dan  sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Dengan demikian,  siswa  yang  orang  tuanya  memiliki  pendapatan tinggi, semua kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas belajar akan segera terpenuhi, sehingga  dengan pemenuhan kebutuhan belajar tersebut dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang baik yang merupakan harapan atau cita-cita akhir dari aktivitas belajar. Dan  sebaliknya jika dalam suatu keluarga  yang  status  ekonominya  rendah  akan  merasa  keberatan  dalam memenuhi kebutuhan belajar anaknya secara penuh, sehingga kondisi yang seperti ini akan berdampak pada perolehan prestasi belajar yang rendah.
2)   Dukungan Mental/ Agama
Seorang anak yang dirumah, pasti akan mempengaruhi sikap kesiswaannya di sekolah. Anak saleh tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan. Ilyas (1999: 176), Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya yang berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa Rasul) Yahudi, Nashrani, atau Majusi.
Apabila potensi/ fitrah anak ini tidak dibina, tentunya potensi tersebut akan berkembang kearah yang bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya. Setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak tersebut hingga tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang baik.
3)   Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan  perhatian  orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat  memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di  masyarakat tidak semua orang tua atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan psikis tersebut karena  adanya  berbagai   macam  susunan  atau  karakter dalam sebuah keluarga. Adapun mengenai susunan keluarga tersebut, Probbins membagikan menjadi tiga macam yaitu:
-          Keluarga yang Bersifat Otoriter.
Disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter suka meyendiri,  mengalami kemunduran  kematangannya, ragu-ragu didalam semua tindakan  serta lambat berinisiatif.
-          Keluarga Demokrasi.
Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel,  dapat menguasai diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan  terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
- Keluarga Liberal.
Disini  anak  bebas  bertindak  dan  berbuat.  Sifat-sifat  dari keluarga ini  biasanya  bersifat  agresif,  tak  dapat  bekerjasama  dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga (Ahmadi (1991:112).
Dari Uraian diatas, pendidikan moral yang ditanamkan kepada anak, hasilnya adalah sesuai dengan dimana anak itu dibesarkan. Apakah dia dibesarkan dalam keluarga yang bersifat otoriter, demokratis, ataupun bersifat liberal. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga akan berdampak pada sifat atau tingkah laku anak di masing-masing keluarga. Hal ini merupakan hasil pola asuh dari perhatian yang telah ditunjukkan kepada anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.
4) Dukungan Pendidikan
Pendidikan yang akan melahirkan anak kompeten adalah pendidikan yanag seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia berupa hati, akal, dan fisik. Pendidikan yang mengutamakan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan menghasilkan manusia hayawani (bersifat seperti hewan), bila hanya mengutamakan pikiran saja menghasilkan manusia syaithani (bersifat seperti syetan), sedangkan bila mengutamakan hati semata tentu tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi Malaikat (Ilyas, 1999:177).
Dari pendapat di atas, maka dukungan orang tua dalam pendidikan adalah kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua tentunya dengan bekal teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman. Bila hal ini dilakukan oleh setiap orang tua maka generasi mendatang akan mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Adapun tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut:
- Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan agar anak hidup secara berkelanjutan.
- Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang membahayakan dirinya.
- Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya.
- Membahagiakan   anak   untuk   hidup   di   dunia   dan   akhirat   dengan memberinya  pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim ( Ihsan, 1996 : 64 ).
Setelah  tanggung  jawab  orang  tua  terhadap  anaknya  terwujud, tentunya  peran orang tua  tersebut mempunyai fungsi atau kegunaan tersendiri yang kiranya dapat bermanfaat bagi anaknya tersebut dalam  kehidupannya dimasyarakat. Menurut Hasbullah (2001: 33) fungsi pandidikan yang ada dalam suatu keluarga tersebut meliputi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
5.Pengertian Bakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilan tersebut. Untuk bisa terealisasi bakat harus ditunjang dengan minat, latihan, pengetahuan, pengalaman agar bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Definisi bakat mengandung 2 unsur penting: bawaan dan latihan. Bakat bawaan adalah anugerah dari Tuhan. Namun bakat juga dapat diartikan sesuatu yang dilatih. Renzulli (1981), mengungkapkan bahwa bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab.
Kecerdasan, beserta aspek-aspeknya dapat diukur dengan peranti atau tes psikologi, termasuk kemampuan intelektual umum dan taraf inteligensi. Aspek-aspek kemampuan intelektual, antara lain mencakup logika abstrak, kemampuan verbal, pengertian sosial, kemampuan numerik, kemampuan dasar teknik dan daya ingat/ memori.
Kreativitas, menurut Guilford (1956), dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas.
Tanggung jawab, merupakan pembuktian atau tindakan nyata dari kecerdasan dan kreativitas seseorang terkait dengan pemberdayaan dirinya serta kontribusi bagi kehidupan sosial dan kemanusiaan.
Bakat adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam keterampilan tertentu, demikian menurut Tedjasaputra, MS (2003). Menampilkan bakat dibutuhkan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan seseorang memilih segala sesuatu yang disukai, disenangi dan ingin dilakukan. Gardner (1993) mengganti istilah bakat dengan “kecerdasan” saat mengusung teori kecerdasan jamak atau multiple intelligence yang cukup banyak dipakai.
Pendekatan lain mengatakan bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus.
Dalam hal ini bakat merupakan interseksi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Jadi apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak berguna.
6. Jenis-Jenis Bakat
1.Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2.Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu :
1. Bakat Verbal
Bakat tentang konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata.
2. Bakat Numerikal
Bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka.
3. Bakat Skolastik
Kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.)
4. Bakat Abstrak
Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran – ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya.
5. Bakat mekanik
Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat – alat lainnya.
6. Bakat Relasi Ruang (spasial)
Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. (Thomas Edison,  Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.)
7. Bakat kecepatan ketelitian klerikal
Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
8. Bakat bahasa (linguistik)
Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lainnya.
7. Faktor-Faktor Yang Mendukung Pengembangan Bakat dan Minat
Sekali lagi ditegaskan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia ini pasti membawa potensi bakatnya masing-masing. Hanya saja, bakat yang dimiliki anak sering tidak muncul dan berkembang tanpa ada rangsangan dari lingkungan. Penyebab paling umum tidak berkembangnya bakat yang dimiliki anak adalah ketidakpekaan orangtua terhadap bakat buah hatinya, lingkungan yang tidak minim menyediakan fasilitas penunjang, dan lemahnya lemahnya atau kurangnya pendidikan dan pelatihan.
Selain penyebab di atas, faktor lain yang menyebabkan bakat anak tetap terpendam adalah yang berasal dari diri anak sendiri, di antaranya yaitu:
1.  Faktor Intern
a.   Faktor Bawaan (Genetik)
Faktor ini merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam minat dan bakat sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki individu sebagai pewarisan dari orang tuanya. Faktor hereditas sebagai faktor pertama munculnya bakat (Yusuf ; 2004 ; 31). Dari segi biologi, bakat sangat berhubungan dengan fungsi otak. Bila otak kiri dominan, segala tindakan dan verbal, intelektual, sequensial, teratur rapi, dan logis. Sedangkan otak kanan berhubungan dengan masalah spasial, non verbal, estetik dan artistic serta atletis.

b.   Faktor kepribadian
Faktor kepribadian yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri. Hal ini akan membantu anak dalam membentuk konsep serta optimis dan percaya diri dalam mengembangkan minat dan bakatnya (Asror ; 1999 ; 93).
c.Interest atau minat
Suatu bakat tidak akan berkembang dengan baik apabila anak yang bersangkutan tidak memiliki inters atau minat terhadap bakatnya. Misalnya saja, anak dengan bakat matematika, bakatnya tidak akan berkembang tanpa adanya ketertarikan atau minat sang anak terhadap hitung-hitungan. Anak dengan bakat musik tidak akan berkembang tanpa ia memiliki ketertarikan terhadap irama dan nada.
Apabila hal ini terjadi, maka orangtua perlu memberikan dorongan yang lebih pada anak agar bakat anak bisa terasah secara optimal. Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.
d. Motivasi
Selain minat, bakat juga dipengaruhi oleh motivasi. Bakat anak kurang berkembang atau tidak menonjol apabila ia tidak memiliki motivasi atau dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk mengembangkan bakatnya tersebut.
Motivasi berhubungan dengan kuatnya daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Jika kurang motivasi untuk menjadi olahragawan, maka seorang anak dengan bakat sepakbola, menghadapi rintangan kecil saja dalam belajar sepakbola akan menghilangkan semangatnya berlatih.

e. Value atau penilaian
Value adalah bagaimana seorang anak memberi arti atau penilaian terhadap bidang bakat yang dimilikinya. Meskipun anak mengetahui bahwa ia memiliki suatu bakat di bidang tertentu, jika ia menganggap bakat tersebut kurang bernilai atau bahkan negatif dalam pandangannya, maka hal ini juga akan menghambat perkembangan bakatnya. Misalnya bakat anak dalam olahraga catur, jika anak memberi nilai negatif pada bakat ini atau menganggap bahwa menjadi atlet catur tidak begitu membanggakan, kurang terkenal dibanding bakat menyanyi, dan penilaian negatif lainnya maka bakat anak di bidang catur tersebut akan tetap terpendam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa meskipun bakat adalah suatu berkah yang dibawa seseorang dari lahir, bakat tersebut tidak memberi manfaat besar baginya selama anak yang bersangkutan tidak menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini diperlukan bimbingan, dan dorongan atau dukungan dari lingkungan, baik orangtua secara khusus dan masyarakat pada umumnya.

2.     Faktor Ekstern
a.   Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merupakan olahan dari berbagai hal untuk mendukung pengembangan minat dan bakat anak. Faktor lingkungan terbagi atas :
-    Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat latihan atau belajar dan tempat anak memperoleh pengalaman, karena keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak. (Sutiono ; 1998 ; 171).
-     Lingkungan sekolah
Suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar kondusif yang bersifat formal.Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi pengembangan minat dan bakat karena di lingkungan ini minat dan bakat anak dikembangkan secara intensif.
-     Lingkungan sosial
Suatu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan ini anak akan mengaktualisasikan minat dan bakatnya kepada masyarakat.

8. Cara Mengembangkan Bakat dan Minat
1.      Perlu Keberanian
Keberanian membuat kita mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan memampukan kita melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.
2.      Perlu didukung Latihan
Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan disini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik.
3.      Perlu didukung Lingkungan
Lingkungan disini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya., yang turut berperan dalam usaha pengembangan bakat dan minat. Dan tersesar yakni dukungan dari orang tua.
4.      Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya.
Disini sekali lagi kita perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, kita kategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit. Kemudian mulai kita memikirkan jalan keluarnya.


BAB III
KESIMPULAN
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah.
Sosialisasi dalam keluarga merupakan proses awal dimana bakat anak ditentukan lewat interaksi sosial. Agen utama dalam hubungan ini adalah orang tua karena bakat anak awalnya tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana anaknya.
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 332) adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Hasbullah, orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (2001 : 39). Jadi menurut sumber di atas, dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Dan dalam hal ini juga termasuk pada pengembangan bakat yang dimiliki anak.
Pada dasarnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu dukungan sosial ekonomi, mental/ agama, moral, dan pendidikan.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan pada setiap individu yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Sedangkan jenis-Jenis Bakat yaitu
1.Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2.Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu : bakat verbal, bakat numerikal, bakat skolastik, bakat abstrak, bakat mekanik, bakat relasi ruang (spasial), bakat kecepatan ketelitian klerikal, bakat bahasa (linguistik)
Setiap anak yang lahir ke dunia ini pasti membawa potensi bakatnya masing-masing. Hanya saja, bakat yang dimiliki anak sering tidak muncul dan berkembang tanpa ada rangsangan dari lingkungan. Penyebab paling umum tidak berkembangnya bakat yang dimiliki anak adalah ketidakpekaan orangtua terhadap bakat buah hatinya, lingkungan yang tidak minim menyediakan fasilitas penunjang, dan lemahnya lemahnya atau kurangnya pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu dalam pengembangan bakat terdapat beberapa faktor yakni :
1.  Faktor Intern : Faktor Bawaan (Genetik) dan Faktor kepribadian
2. Faktor Ekstern: Faktor lingkungan yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial
Sebagaimana diketahui, orang tua merupakan sosok individu yang paling dekat dengan anak. Banyak dari orang tua berharap dan menginginkan anak yang cerdas dan berprestasi. Setiap anak dilahirkan mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya. Perlu disadari bahwa setiap anak memiliki kecenderungan bakat tersendiri yang ia miliki. Seorang anak dengan anak yang lain memiliki bakat yang berbeda masing-masingnya. Seorang anak berhak mencoba semua bakat, sampai mereka menemukan bakat yang benar-benar ia minati. Dengan memberikan anak kesempatan tersebut, orang tua juga akan lebih cepat mengetahui bakat apa yang dimiliki anaknya. Namun orang tua harus memiliki respon, pengawasan dan analisa tentang kegiatan yang mengacu pada bakat si buah hati. Selektifitas orang tua sangat dituntut bila mana bakat anak itu terlihat tidak baik. Bila anak telah memperlihatkan bakat yang ia minati dan itu baik, orang tua perlu memberikan dukungan untuknya. Karena bakat tidak akan berkembang jika tidak penguat.
Bakat adalah suatu berkah yang dibawa seseorang dari lahir, bakat tersebut tidak memberi manfaat besar baginya selama anak yang bersangkutan tidak menghendaki bakat tersebut. Dalam hal ini diperlukan bimbingan, dan dorongan atau dukungan dari lingkungan, baik orangtua secara khusus dan masyarakat pada umumnya.

Bakat anak awalnya tergantung pada orang tua menangkap dan mengerti bagaimana anaknya. Dan hal itu alangkah baiknya dilakukan saat anak masih kecil bahkan masih balita. Karena akan dapat memberikan anak kebebasan dan mengisi hari-harinya. Yang pastinya kegiatan yang dilakukannya itu membuat ia senang dan merasa berarti. Beberapa anak dapat menunjukkan bakatnya di usia dini. Oleh karena itu peran orang tua serta dukungannya sangat berkaiatan terhadap pengembangan bakat anak.

BAB VI
SARAN DAN PENUTUP

Dari pemaparan diatas kami dapat menyarankan sebagai berikut :
Peran orang tua merupakan hal tidak boleh dikesampingkan karena berpengaruh besar terhadap pengembangan bakat pada anak.
Orang tua hendaknya lebih sensitif dalam melihat tingkah laku anak sehingga dapat mendekteksi sejak dini bakat yang dimiliki anka sehingga lebih cepat dapat dikembangkan sesuai dengan  usianya.
Dalam penentuan bakat anak, orang tua diharapkan tidak menentukan bakat yang harus didalami anak sesuai dengan keinginan orang tua melainkan orang tua hanya mendukung dan memfasilitasi agar pengembangan bakat pada anak lebih optimal.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006.Warna-Warni Kecerdasn Anak dan Pendampingannya.Yogyakarta : Kanisius.
Akbar, Reni dan Hawadi. 2010. Menguatkan Bakat Anak. Jakarta : PT Grasindo.
Saleh, Darwin Zahedi. 2011. Terbanglah ke Angkasa Anakku.Jakarta : Gramedia.
Pragolo, Heru dan Herdina Leylasari. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Surabaya: Zhaf Production
Semiawan, C dan Munandar, A.S. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas siswa sekolah menengah. Jakarta : PT Gramedia
Rahayu, Minarti. 2013. Diakses pada tanggal 3 Januari 2014 http://minartirahayu.blogspot.com/2013/03/pengertian-bakat-dan-minat.html